Mari bersahabat dengan Api, kenali dan pahami pengendaliannya.
SEKALI lagi terjadi “keributan dan permusuhan” antara manusia dan api. Api sebagai sahabat yang baik dan banyak menolong banyak sisi kehidupan manusia, baru saja dimusuhi, diserbu, diserang beramai-ramai untuk dimatikan.
Memang sesuai dengan ungkapan tentang api, kecil jadi kawan, besar jadi lawan. Pertanyaannya adalah siapa yang membesarkannya sehingga harus dilawan beramai-ramai.
Kesiapsiagaan kita manusia sebagai pengguna api sebenarnya sùdah sangat siap. Hampir semua manusia pengguna api paham bagaimana cara menghidupkan dan memadamkan api bila kondisinya sudah tak terkontrol.
Tapi apakah semua pengguna bisa bersikap normal dan tidak panik saat menghadapi api yang membesar dan bersiap-siap menjadi lawan manusia ???
Berkaca dari beberapa kasus kebakaran bangunan gedung di Banda Aceh, diantaranya Gedung Biro Rektor Unsyiah dan Gedung Bank Aceh beberapa waktu lalu, maka dapat dipastikan bahwa semua bangunan gedung yang ada di Aceh atau Banda Aceh sudah didesain dan dilengkapi dengan sarana perang melawan api.
Karena sarana atau alat pemadam api merupakan salah satu syarat dikeluarkannya izin mendirikan bangunan (IMB) atau sekarang dikenal dengan persyaratan bangunan gedung (PBG). Kondisi terakhir, keberadaan sarana peralatan perang melawan api yang secara teknis dikenal dengan hydrant dan apar (alat pemadam api ringan) menjadi salah satu persyaratan diberikannya izin penggunaan bangunan dalam bentuk SLF (Sertifikat Laik Fungsi).
Beberapa tahun terakhir, Pemko Banda Aceh telah membentuk yang namanya Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG) dimana salah satu tugasnya adalah memeriksa kelengkapan sarana bangunan gedung untuk mendapatkan SLF.
Dan hasilnya, Alhamdulillah, mayoritas bangunan gedung di Ibukota Propinsi Aceh ini memenuhi syarat keamanan bangunan gedung. Baik itu bangunan pemerintah ataupun swasta, dari gedung kantor, kampus, sekolah, hotel, sampai mall atau supermarket.
Mengapa Masih Terjadi Kebakaran
Mungkin itu yang menjadi pertanyaan dibenak kita, bila ternyata semua bangunan gedung telah dilengkapi dengan Hydrat dan APAR. Jawabannya ada pada manusia pengguna itu sendiri.
Kondisi peralatan, merupakan faktor utama, apakah alat peralatan Hydrant dan APAR tersebut benar-benar berada dalam kondisi siap tempur ? Banyak didapati alat peralatan tersebut hanya siap siaga saat dilakukannya serah terima ataupun saat pemeriksaan guna mendapatkan izin, dll.
Setelahnya, sebahagian dari alat-alat tersebut kembali disimpan untuk menghindari pencurian ataupun pengrusakan oleh tangan-tangan jahil.
Kondisi lain dari alat peralatan ini adalah mendapat perlakuan yang tidak selayaknya, seperti ditutupi dengan lemari pajang agar interior toko atau bangunan menjadi lebih menarik, bahkan di salah satu mall tertulis dengan jelas “dilarang meletakkan sesuatu yang menghalangi hydrant” tapi dengan jelas pula di depan hydrant tersebut diletakkan rak pakaian.
Kondisi seperti diatas masih lebih baik seandainya hydrant tersebut berfungsi dengan baik dan terkoneksi dengan sumber air yang memiliki pompa otomatis yang benar-benar berfungsi dengan baik pula.
Kondisi manusia, merupakan faktor pelaku yang sangat menentukan apakah Hydrant dan APAR yang tersedia memenuhi kegunaannya. Pada banyak kasus kebakaran, ketidaksigapan manusia pengguna api sebagai pelaku memadamkan api merupakan faktor utama penyebab api membesar dan menjadi musuh beramai-ramai.
Manusia-manusia yang terdekat dengan lokasi api harus benar-benar sigap dan paham apa dan bagaimana cara menghadapi api sahabat manusia mulai menunjukkan keanehan di luar kontrol. Penggunaan APAR oleh pegawai dapur, pegawai restoran, pegawai supermarket, pegawai mall, bahkan pihak keamanan gedung harus benar-benar menguasai dan terlatih.
Kesiapsiagaan penggunaan Hydrant dalam bangunan maupun luar bangunan harus dikondisikan kembali bila terjadi pergantian petugas keamanan.
Mari bersahabat dengan Api, kenali dan pahami pengendaliannya.
*Dosen TS FT.USK
*Pengampu MK Konstruksi Bangunan Gedung, MK Pengetahuan Kebencanaan dan Lingkungan